PT. Info Sarana Medika (ISM) PERSI berkolaborasi dengan Oracle Indonesia dan PT Mega Buana Teknologi (MBT) menyelenggarakan seri pertama Webinar Tren dan Inovasi Terkini SIM RS, EMR, dan Digitalisasi RS. Topik yang dikupas adalah Keamanan Digitalisasi RS dan Privasi Data Pasien. Webinar diselenggarakan hari ini, Kamis, 31 Juli 2025, juga disiarkan langsung melalui YouTube PERSI Pusat.
Peserta kegiatan mencapai lebih dari 400 peserta dari kalangan rumah sakit (RS) seluruh Indonesia. Mereka terdiri atas pimpinan, manajemen, serta divisi/praktisi IT RS.
Pada sesi pembukaan, Wakil Ketua 1 PERSI dr. Koesmedi Priharto, Sp.OT, M.Kes menyatakan webinar ini adalah bentuk dukungan PERSI pada kalangan RS. “Kami akan mengadakan kegiatan ini dalam bentuk serial untuk membantu RS menguatkan digitalisasi,” kata dr. Koesmedi.
Sementara Ketua Umum Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) dr. Bambang Wibowo, Sp.O.G, SubSp.K.Fm, MARS, FISQua pada paparannya menyatakan keamanan siber di RS sangat penting sebagai bentuk perlindungan data pasien, menjamin kesinambungan pelayanan, melindungi reputasi dan kepercayaan, melindungi perangkat medis (IoMT) serta mencegah kerugian finansial.
“Ancaman keamanan data RS akan berdampak pada hancurnya data penting RS, terganggunya operasional RS, kerugian reputasi dan keberlangsungan RS, serta kerugian finansial. Pasien juga akan berpikir ulang untuk berobat ke RS yang pernah mengalami kebocoran data,” kata dr.Bambang.
Pembicara berikutnya, Ketua Tim Kerja Penyelenggaraan Layanan Tim Tanggap Insiden Siber (CSIRT) dan Perlindungan Data Pasien Kementerian Kesehatan menjelaskan alur respon insiden terdiri atas, pertama, kegiatan mengenali adanya insiden siber secepat mungkin. Dengan pemantauan sistem pelaporan, deteksi sistem keamanan dan anomali pada sistem monitoring infra. Kedua, setelah insiden terdeteksi, tim CSIRT melakukan analisis untuk memahami sifat dan dampaknya. Tahapan ini bertujuan untuk menghentikan insiden (containment), menghapus ancaman (eradication), dan memulihkan sistem (recovery).
“Pengelolaan keamanan siber sektor kesehatan merupakan salah satu sektor yang paling kritis dan rentan. Ketergantungan yang tinggi terhadap sistem informasi elektronik seperti rekam medis digital, sistem surveilans penyakit, dan layanan telemedisin membuat sektor ini menjadi target utama bagi pelaku kejahatan siber. Pengelolaan keamanan siber menjadi aspek yang sangat penting dalam menjaga keberlangsungan layanan.” kata Istiqomah.
Sementara, Principal Technology Solution & Cloud Architect Oracle Team Muhammad Luthfi dalam paparannya yang berjudul Digitalisasi Aplikasi Rumah Sakit dengan Oracle Technology menyatakan tantangan yang dihadapi RS adalah RS masih melakukan pengolahan data secara manual, kurangnya fleksibilitas dalam penyesuaian perubahan peraturan. (Satu Sehat, BPJS Kesehatan,dll), data antar departemen atau bagian belum menyatu atau terintegrasi, resiko data hilang, karena kegagalan sistem dalam membackup data, serta format data yang belum mengikuti standar Kemenkes.
“Saat ini Oracle Indonesia juga telah meluncurkan data komputasi awan yang berbasis di Indonesia sehingga bisa memenuhi ketentuan yang mengatur data kesehatan tidak boleh disimpan di luar wilayah. Jika RS menggunakan produk itu, maka akan dilengkapi dengan layanan jasa keamanan dari sistem Oracle.” (IZn – persi.or.id)